Keterbukaan Pikiran

Kegagalan untuk beradaptasi telah menyebabkan dua hal bagi banyak perusahaan, pertama kehancuran bisnis dan kedua pergeseran kekuatan besar. Hal ini terjadi mulai dari industri taksi ke perhotelan. Adaptasi juga terjadi di dalam tataran pribadi dan individual, tidak semata-mata sosial dan profesional.

Kita harus bersedia naik di atas pola pikir konvensional, untuk menyusun ulang pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, agar terbuka terhadap paradigma baru. Kita harus mengandalkan imajinasi kita sebanyak pada logika, dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan mengintegrasikan berbagai macam ide, untuk menyambut eksperimen, dan toleran terhadap kegagalan.

Fisikawan Leonard Mlodinow menyampaikan penjelasan di atas kepada Scientific American, yang mana ia juga menyampaikan bahwa individu-individu yang berhasil beradaptasi adalah mereka yang dapat disebut elastis. Di edisi kali ini akan membahas apakah yang ia maksud elastis tersebut, atau dalam ranah pendidikan dikenal sebagai keterbukaan/fleksibilitas pikiran, bahkan keterbukaan/fleksibilitas kognitif.

Berpikir Terbuka/Elastis/Fleksibel

Keterbukaan/elastisitas/fleksibilitas kognitif adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang berbeda. Pemikiran yang terbuka/fleksibel/elastis adalah salah satu dari tiga keterampilan eksekutif utama. Dua lainnya adalah ingatan operasional dan kontrol diri. Bersama-sama, keterampilan ini memungkinkan anak-anak mengelola pikiran, tindakan, dan emosi mereka untuk menyelesaikan berbagai hal.

Pemikiran yang terbuka (para ahli dapat menyebutnya fleksibilitas kognitif) memungkinkan kita untuk memikirkan dan memilih ragam cara menyelesaikan suatu hal. Keterampilan ini memainkan peran penting dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir terbuka/fleksibel membantu orang untuk bergaul dengan orang lain, membantu kelompok menjadi lebih efektif, dan membantu orang memecahkan masalah dan atau mencoba cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.

Bayangkan 100 buah kartu permainan. Setiap kartu berwarna merah, biru atau hijau. Masing-masing juga memiliki gambar binatang di atasnya: kelinci, anjing atau burung. Ketika diminta untuk mengurutkan kartu, seorang anak mungkin mengurutkannya berdasarkan warna. Dia mungkin juga mengurutkannya berdasarkan jenis hewan. Dengan kata lain, dia bisa melihat berbagai cara untuk menyelesaikan tugas tersebut. Mampu melihat dan memilih ragam cara mengurutkan kartu menunjukkan pemikiran yang terbuka/fleksibel.

Pada usia yang masih kecil, anak-anak umumnya terfokus mengurutkan hanya dengan satu cara. Dengan berkembangnya otak seiring pengalaman hidup, perspektif mereka juga berkembang. Ketika perkembangan perspektif ini tidak terjadi pada tingkat yang sesuai dengan usia, mungkin menandakan ada masalah dengan pemikiran yang terbuka/fleksibel.

Ciri-Ciri Pemikir Terbuka/Fleksibel

eseorang dengan keterampilan berpikir terbuka/fleksibel akan mampu untuk melakukan hal-hal di bawah ini:

1. Berpandangan Holistik

Seorang pemikir terbuka/fleksibel memandang segala hal secara holistik atau mengakomodasi semua kutub dan sikap. Individu macam ini mampu melihat perspektif positif dan negatif dalam proses pengambilan keputusan, menyimak dan mempertimbangkan baik dorongan kepribadian atau situasional dalam menelaah suatu isu, dan lebih lanjut memisahkan opini dan mitos dari fakta dan penilaian ilmiah.

2. Peka Bias

Pemikir terbuka/fleksibel mampu memilah bias-bias pribadi, seperti perspektif-perspektif yang cenderung merendahkan atau meninggikan diri.

3. Tegar

Pemikir yang terbuka/fleksibel tidak menganggap bahwa apa yang mereka rasakan sekarang bersifat tetap. Sebagai contoh, seseorang kerap merasa terintimidasi untuk mengetahui dan memahami segala hal dalam tempo sesingkat-singkatnya, tetapi pemikir terbuka/fleksibel mampu melangkah melampaui perasaan takut dan cemas tersebut dan melihat bahwa perasaan itu tidak berfaedah apa-apa.

Hal ini juga berlaku dalam mengambil keputusan terkait hal yang belum pasti. Merasa tidak yakin tentang sesuatu bukanlah pertanda buruk. Merasa yakin tentang sesuatu bukan berarti Anda benar. Pemikir yang terbuka/fleksibel mengenali ini.

4. Menyeimbangkan Program Jangka Panjang-Menengah-Pendek

Dalam segala situasi, pemikir terbuka/fleksibel dapat berpikir dan menalar tujuan jangka panjang, menengah, dan pendek mereka.

Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Pikiran Terbuka/Fleksibel

Karena secara kognisi merupakan bagian dari ingatan operasional dan kontrol diri, maka ketidakmampuan berpikir terbuka/fleksibel yang tidak-tepat-umur perlu diwaspadai dan ditangani ke ahli tumbuh kembang. Berikut beberapa contoh kasus yang menjadi penanda adanya gangguan berpikiran terbuka/fleksibel:

1. Situasi: Saatnya berhenti bermain dan bersiap-siap untuk sekolah

Seorang anak yang berjuang dengan fleksibilitas kognitif tidak dapat menoleransi transisi aktivitas ini dan kemudian mengamuk. Pemikiran yang terbuka/fleksibel akan membantunya menyadari bahwa dia dapat mengambil permainannya di mana dia tinggalkan ketika dia pulang dari sekolah.

2. Situasi: Seorang anak ketinggalan bus pulang sepulang sekolah

Seorang anak menangis dan merasa terdampar karena dia melihat bus sebagai satu-satunya jalan pulangnya. Pemikiran yang terbuka/fleksibel akan membantunya mempertimbangkan alternatif, seperti mendapatkan tumpangan pulang dengan seorang teman.

3. Situasi: Instruktur berenang sedang mengajarkan gaya renang baru

Seorang anak mungkin akan tetap menggunakan gaya lama dan menentang gaya baru dengan berbagai alasan. Pemikiran yang terbuka/fleksibel akan membantunya melihat bahwa metode baru bisa berhasil jika dia mencobanya.

4. Situasi: Ada pekerjaan rumah di hampir setiap subjek malam ini

Seorang anak menjadi frustrasi ketika dia mencoba beralih dari mengerjakan pekerjaan rumah Bahasa Inggris ke aljabar. Pemikiran yang terbuka/fleksibel akan membantunya mengatur ritme dan mempertimbangkan keterampilan yang dibutuhkannya untuk aljabar. Itu akan membantunya mengelola waktu kerja lebih mudah.

5. Situasi: Permainan colek di pesta ulang tahun memiliki aturan yang sedikit berbeda dari biasanya

Seorang anak terus bermain sesuai aturan yang dia tahu. Dia akhirnya berhenti dan duduk di pinggir. Pemikiran yang terbuka/fleksibel akan membantunya berpikir cepat, menggunakan apa yang dia tahu, dan beradaptasi dengan perubahan aturan.

6. Situasi: Sekelompok teman berbicara tentang acara TV baru saat istirahat

Seorang anak yang berjuang dengan pemikiran yang terbuka/fleksibel mungkin memiliki pendapat tentang alur plot terbaru. Tetapi ketika anak-anak lain memiliki pandangan berbeda tentang apa yang terjadi, dia terus menegaskan kembali maksudnya, menyebalkan teman-temannya. Pemikiran yang terbuka/fleksibel akan membantunya mempertimbangkan perspektif mereka.

Demikian bahasan mengenai keterampilan berpikir terbuka/fleksibel. Semoga tulisan ini dapat membuka jendela pengetahuan kita bersama pentingnya keterampilan berpikir terbuka/fleksibel bagi hidup sehari-hari.

PENULIS : Jan Wiguna

SUMBER : Quipper.com